Dalam nya lautan bisa di ukur, tapi dalam nya hati manusia, siapa yang tahu ?. Setelah bertahun- tahun berpengalaman mengelola orang, sampai saat ini masih saja ada yang menggunakan cara klasik untuk kabur dari kewajiban -dengan melakukan kesalahan secara sengaja.
Hal ini sering terjadi, pada seseorang yang terpaku dengan suatu kontrak sebelum nya. Tetapi, ditengah jalan, mereka menemukan ‘interest’ atau suatu hal menarik yang lain, sehingga ingin berpindah kesana -dan lari meninggalkan kontrak (janji) yang telah dibuatnya.
Pembahasan:
Apa itu melakukan kesalahan untuk kabur dari kewajiban?
Secara sederhana nya, ini adalah tindakan melakukan kesalahan secara sengaja, sehingga pihak instansi/ perusahaan tidak memiliki pilihan lain, selain mengeluarkan nya.
Ini juga termasuk memunculkan sikap menyepelekan, seperti: Sering terlambat masuk, tidak menjalankan prosedur dengan benar, memunculkan sikap permusuhan dengan rekan kerja atau atasan, dan lain sebagainya.
Contoh Kasus
Tindakan melakukan kesalahan untuk kabur dari kewajiban ini, bisa Anda pahami dari beberapa contoh kasus berikut.
Karyawan kontrak yang ingin resign
Seseorang dalam perjanjian kerja nya, diwajibkan membayar ganti rugi sesuai ketentuan yang ada di Surat Perjanjian Kerja, apabila keluar sebelum masa kontrak habis.
Keluar dalam hal ini, tidak terbatas pada mengundurkan diri saja. Tetapi juga termasuk; hilang tidak bisa dihubungi atau dikeluarkan karena melakukan pelanggaran.
Beberapa karyawan berfikir bahwa untuk terbebas dengan kontrak kerja, mereka dengan sengaja sering melanggar aturan, supaya dikeluarkan. Pikir nya, apabila dia di keluarkan, dia bisa terbebas dari kontak kerja nya tersebut.
Justru hal ini salah kaprah. Karyawan yang dikeluarkan, malah diwajibkan membayar ganti rugi sesuai ketentuan yang ada di Surat Perjanjian Kerja bila dia keluar, dan diwajibkan membayar ganti rugi atas kerugian yang dialami pihak perusahaan atas tindakan keluar yang dilakukan nya.
Kerugian yang dialami pihak perusahaan karena karyawan yang keluar, contoh nya adalah biaya mencari dan merekrut karyawan baru.
Peserta magang yang keluar dari program magang
Untuk kasus kedua ini, pihak Volunoid tidak jarang menemuinya. Biasanya terjadi pada peserta yang ingin keluar dari program magang kami, karena beberapa alasan seperti:
- Aktivitas magang bertabrakan dengan jadwal kuliah.
- Terjadi perubahan jadwal kuliah dari pihak kampus. Sehingga, tidak bisa menjalankan aktivitas magang.
- Merasa kaget dengan aktivitas magang, yang aktivitas pelatihan dunia kerja yang belum pernah dia rasakan.
- Merasa tidak mampu menjalankan aktivitas magang, karena sebelumnya terbiasa bersikap malas- malasan.
Apapun alasan nya, peserta magang telah menyetujui (dengan mencentang persetujuan) saat melakukan pendaftaran, bahwa dia akan melakukan aktivitas magang hingga akhir.
Jadi, apapun alasan pengunduran diri ini, berarti dia termasuk tidak menepati perjanjian yang telah dia sepakati sendiri sebelumnya.
Fenomena Penyimpangan dalam Memenuhi Tanggung Jawab
Terkadang, individu mencoba untuk menghindari tanggung jawab mereka dengan melakukan kesalahan secara disengaja, suatu taktik yang mungkin dianggap licik dan tidak bertanggung jawab.
Seperti seorang yang bermusuhan, menyebarkan rumor buruk tentang Anda kepada teman-teman dekat Anda, tujuannya sama – untuk mendapatkan jarak.
Kita perlu memahami motif di balik perilaku ini, yang kemudian dapat digunakan untuk tindakan lebih lanjut, termasuk tindakan hukum jika perlu.
Langkah Penyelesaian atas Penyimpangan ini
Banyak individu yang meminta belas kasihan, namun kita tidak dapat melihat isi hati mereka. Berikut adalah beberapa cara yang kami gunakan untuk mengatasi situasi semacam ini:
Fokus pada Hasil, Bukan Permintaan Maaf
Orang yang sengaja melakukan pelanggaran biasanya tidak mengungkapkan niat mereka secara langsung. Mereka mungkin meminta maaf setelah melakukan kesalahan, namun sering kali mereka mengulangi kesalahan yang sama.
Jika seorang karyawan terus menerus datang terlambat dengan berbagai alasan, tetaplah pada fakta bahwa mereka terlambat. Jangan biarkan diri Anda terbuai oleh berbagai alasan atau permintaan maaf yang mereka berikan.
Penilaian harus selalu berdasarkan hasil akhir, bukan berdasarkan permintaan maaf atau pengakuan. Bahkan jika alasan mereka tampaknya baik – seperti terlambat karena membantu orang lain – itu masih terlambat dan harus ditangani sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Menerapkan Sanksi Secara Adil dan Konsisten
Sanksi harus diberikan berdasarkan tindakan yang dilakukan, bukan berdasarkan pengakuan atau permintaan maaf. Pelanggaran aturan dan prosedur kerja, baik diakui atau tidak, tetap merupakan pelanggaran. Perusahaan pasti memiliki aturan tentang apa yang harus dilakukan saat pelanggaran terjadi, dan aturan ini harus diterapkan secara konsisten.
Misalnya, jika aturan perusahaan menetapkan bahwa setelah tiga pelanggaran, karyawan dapat diberhentikan dan dihadapkan ke pengadilan karena dianggap keluar sebelum kontrak berakhir, maka tindakan tersebut harus diambil. Menegakkan hukum dan aturan secara konsisten adalah cara terbaik untuk mencegah perilaku penyimpangan dan menjaga integritas organisasi.
Penutup
Dalam menghadapi fenomena penyimpangan dalam memenuhi tanggung jawab, penting untuk menempatkan keadilan dan konsistensi di atas segalanya.
Seorang pemimpin harus tegas dan adil dalam menerapkan aturan serta kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan. Membiarkan pelanggaran berulang kali akan merusak integritas dan struktur organisasi, yang akhirnya berpotensi merusak produktivitas dan moral tim.
Oleh karena itu, penting untuk tetap objektif dan mengambil tindakan yang diperlukan, tidak peduli seberapa baik alasan yang diberikan.
Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa setiap individu memahami dan mematuhi standar yang telah ditetapkan dan bekerja dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.